Jumat, 26 September 2014

Teknologi Informasi Sebagai Penopang Perkembangan UMKM dan BUMDes

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi secara radikal telah me-revolusi kehidupan ekonomi dan keseharian kita dalam kecepatan yang tidak terbayangkan sebelumnya. Sekitar 15 tahun lalu sebagian besar kita mungkin tidak pernah bermimpi mampu memegang telepon seluler. Namun hari ini masyarakat dari berbagai kelas sosial tidak hanya memiliki telepon seluler melainkan telah terhubung ke dunia digital.

Dari perspektif Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), perkembangan TI tersebut membuka lebar pasar baru karena terjadi komunikasi antara produsen dengan konsumen. Jika kita adalah pemilik sebuah UMKM, kita tidak perlu ragu lagi untuk bersaing dengan perusahaan besar sekali pun. UMKM mampu bersaing melalui interaksi langsung untuk memahami dan merespon keinginan konsumen, serta melakukan penjualan di internet. Terbukti, usahawan yang beberapa tahun lalu mencium peluang tersebut kini menikmati kesuksesan ketika memutuskan untuk mengembangkan bisnis dengan internet sebagai basis pemasaran.

Namun demikian, bagi UMKM membangun pasar dan reputasi bisnis di dunia maya tidaklah semudah membalik telapak tangan. Ada beberapa faktor yang menjadi hambatan berkembangnya bisnis UMKM di dunia maya.

Pertama, masih minimnya pengetahuan pelaku UMKM terhadap dunia Teknologi Informasi (TI). Umumnya pelaku UMKM adalah kalangan yang belum memahami dunia TI secara utuh. Jangankan memahami bahasa HTML atau membuat website, bahkan mengenal facebook sebatas untuk ajang selfie.

Kedua, tumbuhnya penipuan berbasis website. Penipuan tersebut membekas pada diri korban sekaligus mengikis kepercayaan masyarakat, sehingga masyarakat cenderung berhati-hati untuk menjadi konsumen wirausahawan yang mengandalkan website sebagai ujung tombak pemasaran. Padahal dengan keterbatasan modal yang dimiliki UMKM, internet sebetulnya melupakan sarana paling murah dan terbaik untuk membangun pasar.

Karena itulah, agar kemajuan TI berdampak besar terhadap UMKM, perlu peran dan usaha berbagai pihak untuk membantu akselerasi perkembangan UMKM dalam pemanfaatan TI.

Pertama peran kalangan ahli dan akademisi TI. Bahwa TI tidak bisa dilepaskan dari perangkat lunak dan pemrograman yang membutuhkan tenaga ahli TI adalah sebuah keniscayaan. Dunia TI adalah dunia artifisial yang bergerak sangat cepat. Jika tidak mampu mengikuti perubahan, jangankan UMKM yang hanya didukung modal seadanya, perusahaan raksasa sekelas Nokia dan Blackberry saja limbung karena terlambat merespon perubahan.

Bagi UMKM sendiri, bantuan para ahli TI dibutuhkan dalam membuka wawasan, menyiapkan perangkat lunak yang utuh dan mudah digunakan orang awam. Apalagi dengan perkembangan perangkat mobile seperti android atau IOS, peran penting ahli TI dibutuhkan untuk membumikan perangkat tersebut agar mampu dimanfaatkan UMKM. Namun demikian Peran ahli dan akademisi TI sesungguhnya lebih daripada menyediakan perangkat lunak, melainkan membentuk budaya dan menjadi rujukan untuk mengantisipasi perubahan dunia TI masa depan.

Peran penting kedua adalah pemerintah. “Kedaulatan TI” barangkali frase yang belum dikenal oleh pemerintah kita. Tetapi karena segala hal di masa depan akan terkait atau minimal bersentuhan dengan TI, sementara di dunia TI setiap orang bebas mengakses informasi, pemerintah perlu merancang ketahanan TI dan membangun TI agar dapat mampu berdayaguna bagi UMKM. Terutama dengan menerapkan kebijakan TI yang mendukung dunia usaha, dan memberikan kesempatan kepada setiap pelaku UMKM untuk mengakses serta memperoleh perlindungan di bidang TI.

Pihak ketiga yang tidak kalah penting perannya adalah perusahaan atau wirausahawan yang menjadikan TI sebagai inti bisnisnya. Kita membutuhkan inovasi dan visi yang mampu mengakomodir kebutuhan UMKM agar sinergi dengan bisnis TI. Kita tidak perlu malu untuk meniru, sebut saja model bisnis alibaba.com yang dimiliki Jack Ma. Alibaba.com bisa menjadi contoh bagaimana sebuah website lokal yang dikelola dengan visi global bisa tumbuh menjadi raksasa, dan membantu perkembangan UMKM di China.

Sementara perusahaan telekomunikasi seperti XL bisa membantu UMKM berkembang melalui program CSR atau bantuan perangkat lunak dan applikasi, menyediakan layanan toko online terpercaya, diskon khusus, atau promosi produk lokal melalui toko dunia maya dengan harga yang terjangkau. Program semacam itu tidak hanya akan berdampak bagi UMKM, tetapi bagi internal XL sendiri dapat menumbuhkan dan memelihara pangsa pasar XL dalam pemasaran data.

Yang penting untuk dicatat, penguatan bidang TI untuk mendukung UMKM adalah hal yang tidak terelakkan bagi pembangunan Indonesia. Pengembangan UMKM Indonesia sendiri sebetulnya sedang memasuki babak baru dengan lahirnya Undang-undang No 6 Tahun 2014 tentang desa. Undang-undang tersebut mengamanatkan pemberian hak kepada desa untuk memiliki badan usaha (BUMDes), menjadi babak baru pembangunan kemandirian bangsa. Desa di Indonesia yang terakhir diketahui berjumlah 79.702 dapat memiliki sumber pendapatan asli daerah dan sarana investasi melalui keberadaan BUMDes. Melihat rasio modal dan ruang lingkupnya, BUMDes nantinya akan setara dengan UMKM.

Di sisi lain, UMKM dan BUMDes sebagai badan usaha yang berhadapan langsung dengan konsumen perlu melakukan upgrade. Berkembangnya UMKM dan BUMDes sebagai badan usaha yang berorientasi profit memiliki peran strategis dalam menyejahterakan rakyat Indonesia yang sebagian besar berada di pedesaan. Tantangan terbesarnya adalah, bagaimana sistem TI Indonesia bisa menjadi penopang utama perkembangan, menjadi katalis bagi kelancaran jaringan produksi serta sarana pemasaran BUMDes dan UMKM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar