Kamis, 06 Februari 2014

Hantu dan Tawa

Lagi ketak-ketik di komputer telinga gue ngedenger suara aneh.
Suara tawa melengking!
Malem-malem gitu lho.

Selidik punya selidik ternyata tawa dari televisi yang sedang menayangkan film hantu (Haha)
Melihat film hantu Indonesia jadi bertanya-tanya, kenapa ya film horor lokal selalu ada scene tertawa melengking hantu? 
(Loe bayangin sendiri gimana tawa hantu a la film lokal)
Suer,...tawa ini sudah jadi ciri khas, seperti joget dan nyanyi di film India atau ciuman di film Hollywood.

Padahal,... kalo loe cek definisi tawa menurut wikipedia indonesia: Tawa adalah expresi suara (ditulis ha ha ha atau lol dan sebagainya), atau merupakan pencerminan keriangan atau kebahagiaan, atau dalam perasaan dari keceriaan dan tekanan (tawa dalam perasaan)

Atau dari wikipedia versi Inggrisnya: A laugh is a way of showing happiness. It is a noise that a person makes when he hears something funny, like a joke, or a tickle. Sometimes people laugh when they are not happy. When people are ashamed or embarrassed, sometimes they react by laughing.

Nah,... loe temuin nggak sih definisi tawa tu buat nakut-nakutin orang?
Anehnya lagi, tawa hantu cuma ditemukan dalam film-film horor lokal. 
Jarang, bahkan gue gak nemuin film horor luar yang mengandalkan tawa buat menakut-nakuti orang.

Asli gue bingung level dewa.
Mungkin hantu-hantu di Indonesia termasuk hantu paling bahagia sedunia.
Entah kenapa, sebab dari penampakan fisik yang terlihat hantu Indonesia termasuk hantu-hantu yang berada di bawah garis kemiskinan.

Coba aja liat Kuntilanak (atau Kandole di Sulawesi), Poppo, Leak, Gendruwo, Pocong, Wewe Gombel, dan lainnya. Semua pakaiannya sudah tidak layak pakai, Gendruwo malah cuma pakai kolor. Biarpun Kuntilanak lebih sopan dari anak ABG sekarang, tapi doi ga pernah ganti baju.

Bandingkan dengan hantu import semisal Drakula, Werewolf, Vampire China, Yuki-Ona dari Jepang, dan lain-lain. Kebanyakan mereka pakaiannya necis, Drakula malah sangat modis. Tapi hantu-hantu ini pada tahu tugas mereka nakutin orang, jadi ga banyak mengumbar tawa seperti hantu lokal.

Kalau di jejaring sosial manusia banyak sekali berbagai tipe tawa (sudah banyak dibahas blogger laen), seperti wkwkwk, xixixixixi, kwakwakwak (kayak Burung Gagak), gue ga bisa bayangin gimana hantu-hantu lokal berinteraksi via BBM dengan hantu luar.

Yang bikin gue lebih bingung dan heran.
Kenapa dengan kondisi di bawah garis kemiskinan hantu-hantu kita doyan tertawa buat nakutin manusia?

Bukankah seharusnya mereka seperti kebanyakan manusia?
Ngemis-ngemis buat nyari kekayaan.
Atau berpakaian necis, tidur di ruang rapat, dan,.... korupsi buat menumpuk uang.
Jangan-jangan hantu-hantu itu justru tidak tahan untuk menertawakan tingkah masyarakat kita?

Ah,... ini misteri aneh yang belum terpecahkan.
Sekali-kali sepertinya perlu wawancara dengan hantu untuk memecahkan persoalan ini.