Kamis, 18 Juni 2015

Resolusi Hijau, Mengelola Sampah Keluarga


“Revolusi Hijau” mungkin cukup familiar bagi sebagian kita. Istilah tersebut digunakan pada usaha merubah pertanian tradisional dalam meningkatkan produksi pangan secara signifikan. Di Indonesia, Revolusi Hijau pernah membuahkan hasil dengan meningkatnya produksi beras secara tajam. Tetapi di sisi lain, beberapa dampak negatif seperti penggunaan pestisida dan pupuk secara berlebihan telah menurunkan kualitas lingkungan.

Bagaimana dengan “Resolusi Hijau”?

Gaung Resolusi Hijau barangkali tidak sebesar Revolusi Hijau, karena tidak adanya usaha-usaha masif dan terkoordinasi dari pemerintah untuk menjalankannya. Tujuan Resolusi Hijau pun tidak bersifat antroposentris, menjadikan alam sebagai obyek untuk memenuhi kebutuhan manusia. Tetapi Resolusi Hijau memiliki peran sangat penting bagi manusia di era kini mau pun yang akan datang.

Resolusi Hijau menintikberatkan pada usaha-usaha kecil untuk memperbaiki kerusakan alam akibat perbuatan manusia. Jiwa dari Resolusi Hijau adalah peran aktif setiap individu untuk peduli dan melakukan sesuatu guna memperbaiki lingkungan. Resolusi Hijau hanya bisa berhasil jika dalam diri setiap orang tumbuh kesadaran setiap orang mencintai alam.

Salah satu usaha Resolusi Hijau yang paling sederhana adalah dari sampah. Coba kita renungkan, berapa botol air mineral, berapa bungkus makanan ringan, berapa kopi instan, berapa mie instan, berapa makanan yang kita konsumsi setiap hari? Itu semua selalu menghasilkan satu hal: sampah plastik yang tidak terurai selama ratusan tahun. Berapa gunungan sampah plastik yang dihasilkan seratus orang selama sepuluh tahun?

Beberapa belas tahun lalu, jika berkunjung ke desa kita akan menemukan alam yang masih benar-benar asli. Tapi hari ini jika kita datang ke desa, sampah plastik menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pemandangan desa.

Sebagai orang yang tinggal di desa, saya memulai Resolusi Hijau mengatasi sampah dari diri sendiri. Seperti umumnya sampah, hal pertama yang saya lakukan adalah memilah sampah dengan menyiapkan 3 kantong sampah. Kantong pertama untuk sampah dapur atau organik, kantong kedua untuk sampah padat yang bisa didaur ulang seperti kaleng atau botol air mineral, dan kantong ketiga untuk sampah non organik dan plastik lembaran.

Untuk kantong pertama saya membuangnya dengan mengembalikan ke alam. Lebih sering saya kubur di kebun saat sudah penuh, jika terurai akan menjadi pupuk bagi tanah. Dengan penemuan teknologi biopori, sekarang biasanya saya potong-potong dan masukan ke dalam biopori di sekeliling rumah.

Kantong kedua biasanya penuh setelah 2 minggu. Jika sudah penuh saya memberikannya kepada pemulung “langganan” yang sering lewat di depan rumah. Meskipun bisa dijual saya tidak menjualnya, dan cukup bersyukur dibantu membersihkan sampah dari rumah.

Kantong ketiga adalah kantong sampah paling bermasalah. Mau tidak mau saya harus membakarnya. Ini karena di lingkungan kami tidak memiliki sarana pengelolaan sampah terintegrasi. Andai pun diambil oleh petugas sampah, akhirnya hanya akan dipindahkan ke tempat lain, tidak dimusnahkan dan menumpuk entah sampai kapan.

Ada cara agar sampah tersebut terbakar sampai habis. Saya biasanya mengikat sampah tersebut dalam kantong plastik lalu diletakkan di atas tumpukan bahan yang mudah terbakar, misal kertas. Yang kita bakar adalah kertas yang ada di bawah sampah, perlahan-lahan api akan membesar dan membakar plastik yang berada di bagian atas sampai tak bersisa.
Selain beberapa cara tersebut saya juga menerapkan beberapa kebiasaan bagi keluarga saya, untuk sebagian orang beberapa mungkin terlihat sangat aneh. Setelah mengkonsumsi apa pun, sampah plastik selalu dikantongi dan dibawa pulang untuk dibuang di tempat sampah di rumah. Untuk minuman kopi, saya lebih sering membeli dalam kemasan besar sehingga tidak banyak menghasilkan sampah plastik.

Kebiasaan tersebut ternyata bukanlah hal baru. Saya pernah membaca bahwa masyarakat Jepang sangat disiplin dalam membuang sampah. Mereka juga tidak membakar sampah karena pengolahan sampah sudah sangat baik dan terintegrasi di tiap daerah. Di tempat saya sendiri, saya tidak bisa membayangkan jika hidup di kota. Membakar sedikit sampah tentunya akan sangat mengganggu tetangga yang rumahnya berdekatan. Inilah “Pekerjaan Rumah” bagi warga kota, pemerintah dan program LSM seperti “The Nature Conservancy Program Indonesia” untuk kepeduliannya terhadap lingkungan. Di desa pun sebetulnya ada tantangan untuk menularkan kebiasaan tidak membuang sampah seenaknya dan mengotori lingkungan hingga berratus-ratus tahun.

Resolusi Hijau diawali dari kesadaran bahwa sampah non organik yang kita buang hanya berpindah tempat dan tidak akan musnah.

Bogor, 28 Januari 2015

Samsung Galaxy S6/E, Produk Fashion Paduan Serasi Karya Seni dan Teknologi

Fashion atau adi busana masa kini tidak sekedar padu padan baju, dasi dan celana atau rok, melainkan juga aksesoris seperti jam tangan atau kacamata. Dalam kaitannya dengan fashion, ada yang menarik di ajang tahunan Mobile World Congress (MWC) 2015 di Barcelona. Yaitu ketika Samsung secara resmi meluncurkan Galaxy S6 dan S6 Edge, dua varian terbaru flagship smartphone Samsung. Saat pertama kali melihat tampilan fisik kedua saudara kembar tersebut saya langsung terpikat, dan menggali informasi lebih dalam mengenai keduanya. Hingga kemudian sampai pada sebuah kesimpulan bahwa Samsung tidak sedang meluncurkan ponsel, melainkan juga produk fashion paling hot tahun ini.

Apa sajakah kelebihan Samsung Galaxy S6 dan S6 Edge ( selanjutnya saya tuliskan Galaxy S6/E) hingga saya katakan sebagai produk fashion?

Samsung sangat menyadari bahwa smartphone saat ini bukan sekedar alat telekomunikasi. Bagi kebanyakan orang smartphone membantu pekerjaan, mempermudah berbagai aktivitas, memperlancar interaksi sosial dengan kawan dan kerabat, hingga menjadi pelengkap busana. Karena itu memilih ponsel sesulit memilih sahabat yang menemani kehidupan sehari-hari. Atas pemikiran itulah Samsung menciptakan Galaxy S6/E sebagai Exclusively Crafting and Cavtively Briliant (karya seni yang dibuat dengan ketelitian tingkat tinggi dan keindahan sempurna yang menawan), supaya pecinta ponsel dan fashion tidak lagi kesulitan memilih ponsel terbaik.

Samsung Galaxy S6 Edge Gold Edition


The Beauty Of Art

Cantik. Itulah satu kata yang pantas disematkan pada Samsung Galaxy S6/E, dengan tambahan kata sangat di depannya. Tidak seperti produk ponsel Samsung sebelumnya, sebagai sebuah karya seni Galaxy S6/E dibuat integrated unibody. Berkat itu Samsung berhasil membuat setiap mili lekuk ponsel memancarkan pesona. Bukan cuma sedap dipandang tapi sangat nyaman digenggam. Tidak mengherankan karena Samsung Galaxy S6/E dibuat dari metal khusus yang dilapisi corning gorilla glass 4, baik di sisi depan mau pun belakang. Metal khusus pada body Samsung Galaxy S6/E biasa digunakan untuk bahan body pesawat, membuat kedua ponsel tersebut memiliki ketahanan yang luar biasa, lentur sehingga anti bengkok, tahan tekanan dan guncangan sehingga dijatuhkan dari ketinggian tertentu tidak akan membuat ponsel rusak, serta tahan percikan air. Kaca bening pelapisnya mempercantik penampilan dan menambah kekuatan Galaxy S6/E, tipis, anti lecet, tetapi ringan di genggaman.

Untuk melengkapi keindahannya sebagai produk fashion, sisi belakang Samsung Galaxy S6/E dipoles dengan beberapa pilihan warna. Yaitu White Pearl, Black Sapphire dan Gold Platinum untuk kedua tipe, serta special color Blue Topaz pada Galaxy S6 dan special color Green Emerald pada Galaxy S6 Edge. Bahan warna tadi mampu memantulkan spektrum halus, seperti aurora, yang menambah keindahahan ponsel ketika terkena paparan cahaya.


Wireless Charging Samsung Galaxy S6/E


The Greatness of Technology

The Next is Now. Itulah tagline Samsung Galaxy S6/E, yang merefleksikan tekad Samsung menanamkan teknologi masa depan pada ponsel terbaik andalannya. Teknologi yang paling nampak tentu saja layar lengkung pada Galaxy S6 Edge.  Di sini paduan antara seni dan teknologi terasa kental. Lengkungan pada Galaxy S6 Edge bukan sekedar aksesoris pemanis mata, tetapi sangat fungsional. Berkat tepi lengkungnya, Galaxy S6 Edge menghadirkan kekayaan interaksi yang tidak dimiliki ponsel cerdas lain.

The Next is Now pula yang menjadi semangat Samsung untuk menjadi produsen ponsel cerdas pertama yang berani menanamkan teknologi wireless charging. Letakkan ponsel terbaik kesayangan anda di atas charger pad, tanpa perlu menancapkan apa pun, secara otomatis daya baterai akan terisi.  Dan berkat fitur ultra fast charging, 10 menit pengisian daya mampu menghidupkan Galaxy S6/E selama 4 jam.

Lompatan teknologi di dalam Galaxy S6/E adalah otak utamanya, berupa Processor Exynos 7420 berarsitektur 64-Bit Octa-core. Processor tercepat tersebut didukung oleh RAM 3GB, menjamin kecepatan S6 dan S6E stabil dan tidak berkurang saat multi tasking serta menggunakan aplikasi paling berat sekalipun. Operating System kedua saudara kembar ini pun sudah menggunakan Android keluaran terbaru yakni seri Lolipop

Fitur teknologi  masa depan Samsung S6/E lain adalah sistem pembayaran Samsung Pay. Penggunaan uang elektronik diramalkan akan semakin meningkat karena kenyamanan dan kemudahan penggunaannya. Bahkan Bank Indonesia tengah giat melakukan kampanye Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT).  Belum ada berita apakah Samsung Pay sudah dapat digunakan di Indonesia, tetapi niat Samsung untuk memberikan kenyamanan total melakukan berbagai transaksi dengan uang elektronik tetap patut mendapat apresiasi. Untuk menjamin keamanan data smartphone dan uang elektroniknya, Samsung Galaxy S6/E juga dilengkapi sistem keamanan berlapis berupa teknologi KNOX dan pemindai sidik jari.


pemindai sidik jari dan KNOX



The Realism of Natural Image

Tidak ada kompromi dalam olah gambar/image untuk ponsel sekelas Galaxy S6/E. Kekuatan 16 Megapixel rear kamera terbilang sangat powerfull untuk sebuah ponsel, begitu juga kamera depan yang berkekuatan 5 Megapixel. Kedua kamera tadi didukung Auto Real-time High Dynamic Range (HDR) membuat kamera Galaxy S6/E mampu menyesuaikan berbagai kondisi cahaya. Ada pula Smart Optical Image Stabilization (OIS)  yang didesain untuk menangkap obyek bergerak sehingga gambar yang dihasilkan stabil tanpa gangguan efek akibat gerakan obyek. Lalu IR Detect White Balance menyempurnakan proses pemotretan sehingga bisa menghasilkan gambar cerah yang memiliki warna alami. 

Jadi, tidak hanya menjadi sebuah maha karya seni, Samsung Galaxy S6/E juga mampu menghasilkan karya seni. Dengan lensa F 1.9, sensor beresolusi tinggi, HDR, OIS dan IR Detect White Balance, Samsung Galaxy S6/E bisa mengaplikasikan berbagai teknik fotografi, seperti teknik freeze, efek levitate, motion photography dan lain-lain, dengan mudah. Dilengkapi semua fitur unggulan tadi kamera Samsung Galaxy S6/E cocok digunakan untuk aktivitas apa pun, baik untuk acara keluarga, travelling, mau pun pemotretan seni. Karena itu, rasanya pantas jika Samsung Galaxy S6/E juga menyandang status Kamera Ponsel Terbaik.

Hasil pemotretan Samsung Galaxy S6/E ditampilkan dalam sebuah layar berresolusi tinggi yang memanjakan mata dengan pengalaman visual tak tertandingi. Di dalam atau pun di luar ruangan, dalam temaram lampu atau pun paparan sinar matahari, gambar pada layar Super AMOLED 5.1” Quad HD tetap tajam dan nyaman dipandang.

The Perfect Display

The Miracle of Sweet Voice

Musik telah menjadi bagian hidup manusia, rasanya tak lengkap jika membicarakan smartphone tanpa membahas musik. Samsung Galaxy S6/E mengakomodir apa pun aliran musik kegemaran anda. Tidak ada lagi suara musik yang pecah dan suara yang sumbang.  Melalui sistem suara mumpuni, dari dentum drum musik rock, denting piano ballad, alunan suling dan hentakan gendang dangdut, hingga bunyi gending gamelan akan jernih tersaji, dahsyat seolah berhadapan dengan pertunjukan musiknya langsung.

Samsung Galaxy S6/E Sebagai Produk Fashion


Penutup

Sulit rasanya mendefinisikan Samsung Galaxy S6/E hanya dari sudut pandang sebagai sebuah ponsel, karena Samsung Galaxy S6/E lebih dari sekedar ponsel. Jika dari sudut fashion, maka Samsung Galaxy S6/E juga lebih dari sekedar pelengkap busana. Kegiatan hari ini, esok dan lusa berbeda, sehingga membutuhkan busana yang berbeda. Sangat merepotkan jika smartphone yang kita bawa juga harus menyesuaikan dengan busana yang kita pakai. Samsung Galaxy S6/E menyederhanakannya dengan ponsel yang memenuhi segala eskpektasi dari sebuah ponsel cerdas modern. Selain memiliki desain elegan yang sempurna untuk dipadupadankan dengan beragam busana, tampilan layar Samsung Galaxy S6 dan khususnya S6 Edge dapat di diatur menyesuaikan warna dan kondisi pemilik. Cocok dibawa dan digunakan untuk berbagai keperluan, suasana dan busana. Inilah Samsung Galaxy S6/E sebagai sebuah produk fashion.

Bahan Tulisan dan Gambar
1. http://www.samsung.com/id/consumer/mobile-devices/smartphones/galaxy-s/SM-G925FZDEXSE
2. http://www.samsung.com/id/consumer/mobile-devices/smartphones/galaxy-s/SM-G920FZKAXSE
2. http://ausdroid.net/2015/04/14/samsing-galaxy-s6-s6-edge-accessories-wireless-charging
3. http://www.smartphonemobile.info/straight-barcelona-paris-galaxy-s6-and-s6-edge-hit-runway.html 

Jumat, 26 September 2014

Teknologi Informasi Sebagai Penopang Perkembangan UMKM dan BUMDes

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi secara radikal telah me-revolusi kehidupan ekonomi dan keseharian kita dalam kecepatan yang tidak terbayangkan sebelumnya. Sekitar 15 tahun lalu sebagian besar kita mungkin tidak pernah bermimpi mampu memegang telepon seluler. Namun hari ini masyarakat dari berbagai kelas sosial tidak hanya memiliki telepon seluler melainkan telah terhubung ke dunia digital.

Dari perspektif Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), perkembangan TI tersebut membuka lebar pasar baru karena terjadi komunikasi antara produsen dengan konsumen. Jika kita adalah pemilik sebuah UMKM, kita tidak perlu ragu lagi untuk bersaing dengan perusahaan besar sekali pun. UMKM mampu bersaing melalui interaksi langsung untuk memahami dan merespon keinginan konsumen, serta melakukan penjualan di internet. Terbukti, usahawan yang beberapa tahun lalu mencium peluang tersebut kini menikmati kesuksesan ketika memutuskan untuk mengembangkan bisnis dengan internet sebagai basis pemasaran.

Namun demikian, bagi UMKM membangun pasar dan reputasi bisnis di dunia maya tidaklah semudah membalik telapak tangan. Ada beberapa faktor yang menjadi hambatan berkembangnya bisnis UMKM di dunia maya.

Pertama, masih minimnya pengetahuan pelaku UMKM terhadap dunia Teknologi Informasi (TI). Umumnya pelaku UMKM adalah kalangan yang belum memahami dunia TI secara utuh. Jangankan memahami bahasa HTML atau membuat website, bahkan mengenal facebook sebatas untuk ajang selfie.

Kedua, tumbuhnya penipuan berbasis website. Penipuan tersebut membekas pada diri korban sekaligus mengikis kepercayaan masyarakat, sehingga masyarakat cenderung berhati-hati untuk menjadi konsumen wirausahawan yang mengandalkan website sebagai ujung tombak pemasaran. Padahal dengan keterbatasan modal yang dimiliki UMKM, internet sebetulnya melupakan sarana paling murah dan terbaik untuk membangun pasar.

Karena itulah, agar kemajuan TI berdampak besar terhadap UMKM, perlu peran dan usaha berbagai pihak untuk membantu akselerasi perkembangan UMKM dalam pemanfaatan TI.

Pertama peran kalangan ahli dan akademisi TI. Bahwa TI tidak bisa dilepaskan dari perangkat lunak dan pemrograman yang membutuhkan tenaga ahli TI adalah sebuah keniscayaan. Dunia TI adalah dunia artifisial yang bergerak sangat cepat. Jika tidak mampu mengikuti perubahan, jangankan UMKM yang hanya didukung modal seadanya, perusahaan raksasa sekelas Nokia dan Blackberry saja limbung karena terlambat merespon perubahan.

Bagi UMKM sendiri, bantuan para ahli TI dibutuhkan dalam membuka wawasan, menyiapkan perangkat lunak yang utuh dan mudah digunakan orang awam. Apalagi dengan perkembangan perangkat mobile seperti android atau IOS, peran penting ahli TI dibutuhkan untuk membumikan perangkat tersebut agar mampu dimanfaatkan UMKM. Namun demikian Peran ahli dan akademisi TI sesungguhnya lebih daripada menyediakan perangkat lunak, melainkan membentuk budaya dan menjadi rujukan untuk mengantisipasi perubahan dunia TI masa depan.

Peran penting kedua adalah pemerintah. “Kedaulatan TI” barangkali frase yang belum dikenal oleh pemerintah kita. Tetapi karena segala hal di masa depan akan terkait atau minimal bersentuhan dengan TI, sementara di dunia TI setiap orang bebas mengakses informasi, pemerintah perlu merancang ketahanan TI dan membangun TI agar dapat mampu berdayaguna bagi UMKM. Terutama dengan menerapkan kebijakan TI yang mendukung dunia usaha, dan memberikan kesempatan kepada setiap pelaku UMKM untuk mengakses serta memperoleh perlindungan di bidang TI.

Pihak ketiga yang tidak kalah penting perannya adalah perusahaan atau wirausahawan yang menjadikan TI sebagai inti bisnisnya. Kita membutuhkan inovasi dan visi yang mampu mengakomodir kebutuhan UMKM agar sinergi dengan bisnis TI. Kita tidak perlu malu untuk meniru, sebut saja model bisnis alibaba.com yang dimiliki Jack Ma. Alibaba.com bisa menjadi contoh bagaimana sebuah website lokal yang dikelola dengan visi global bisa tumbuh menjadi raksasa, dan membantu perkembangan UMKM di China.

Sementara perusahaan telekomunikasi seperti XL bisa membantu UMKM berkembang melalui program CSR atau bantuan perangkat lunak dan applikasi, menyediakan layanan toko online terpercaya, diskon khusus, atau promosi produk lokal melalui toko dunia maya dengan harga yang terjangkau. Program semacam itu tidak hanya akan berdampak bagi UMKM, tetapi bagi internal XL sendiri dapat menumbuhkan dan memelihara pangsa pasar XL dalam pemasaran data.

Yang penting untuk dicatat, penguatan bidang TI untuk mendukung UMKM adalah hal yang tidak terelakkan bagi pembangunan Indonesia. Pengembangan UMKM Indonesia sendiri sebetulnya sedang memasuki babak baru dengan lahirnya Undang-undang No 6 Tahun 2014 tentang desa. Undang-undang tersebut mengamanatkan pemberian hak kepada desa untuk memiliki badan usaha (BUMDes), menjadi babak baru pembangunan kemandirian bangsa. Desa di Indonesia yang terakhir diketahui berjumlah 79.702 dapat memiliki sumber pendapatan asli daerah dan sarana investasi melalui keberadaan BUMDes. Melihat rasio modal dan ruang lingkupnya, BUMDes nantinya akan setara dengan UMKM.

Di sisi lain, UMKM dan BUMDes sebagai badan usaha yang berhadapan langsung dengan konsumen perlu melakukan upgrade. Berkembangnya UMKM dan BUMDes sebagai badan usaha yang berorientasi profit memiliki peran strategis dalam menyejahterakan rakyat Indonesia yang sebagian besar berada di pedesaan. Tantangan terbesarnya adalah, bagaimana sistem TI Indonesia bisa menjadi penopang utama perkembangan, menjadi katalis bagi kelancaran jaringan produksi serta sarana pemasaran BUMDes dan UMKM.

Senin, 01 September 2014

Kenapa Jamu Harus Lestari?


Saya tidak suka jamu. Asal ketidaksukaan saya pada jamu sepele. Saya masih ingat waktu kecil pernah sakit, paman saya membelikan jamu. “Glek langsung, minum semua dalam sekali teguk” kata paman memberi tips sewaktu menyerahkan jamu kental yang ia seduh.

Saya mengikuti saran paman, sayang hasilnya tidak sesuai harapan. Sebelum sempat ditelan, jamu yang memenuhi mulut keburu saya muntahkan. Sejak saat itu saya anti dengan jamu-jamuan karena terekam dalam benak saya “jamu itu pahit sekali dan baunya tidak enak, titik”.

Sampai pada saat liburan kuliah saya berkunjung ke desa nenek. Kejadiannya seperti Deja Vu ketika saya sakit demam hingga tidak bisa bangun dari tempat tidur. Rumah nenek jauh dari puskesmas, sekitar 3 km ditambah kondisi jalanan jelek. Saat itu belum banyak motor seperti sekarang, karena itulah nenek membuatkan jamu untuk saya.
Lumpang, Alat Untuk Meracik Jamu Nenek
Kalau saja bukan nenek yang membuatkan, dipaksa pun saya tidak akan mau minum jamu itu. Sambil memencet hidung saya paksakan minum, di luar dugaan jamu buatan nenek ternyata tidak pahit, malah manis dan enak. Seusai minum jamu buatan nenek tenggorokan dan perut saya terasa hangat, tidur saya nyenyak, badan terasa segar keesokan harinya. Sekitar 3 hari kemudian saya sembuh, dan sejak saat itu berubah menjadi penggemar jamu fanatik. 

Jadi kalau kepada saya diajukan pertanyaan “pentingkah melestarikan jamu?” Jawabannya, jelas penting! Namun demikian, mari kita telusuri beberapa alasan kenapa jamu harus lestari agar opini itu tidak menjadi klaim tanpa dasar.

1. Jamu itu enak

Ehm,... Saya jadi malu pernah beranggapan jamu itu pahit dan tidak enak. Bukan karena sekarang saya penikmat jamu, tapi jamu memang beraneka jenis dengan berbagai ragam rasanya.

Kemajuan pengolahan jamu juga menjadikan jamu, terutama untuk anak-anak, bisa ditambahkan rasa yang enak seperti strawberry atau jeruk. Tetapi jamu seperti Jamu Kunyit Asam yang bermanfaat bagi wanita datang bulan, menjaga berat badan, serta menyembuhkan infeksi, terbuat dari campuran bahan Kunyit, Asam, Jeruk Nipis, Madu, dicampur air, tanpa tambahan rasa pun tetap merupakan minuman yang enak. Jadi melestarikan jamu berarti juga melestarikan kekayaan kuliner yang dimiliki bangsa ini.


2. Jamu itu menyehatkan

Nah,... kalau ini pasti, fungsi utama jamu memang untuk mengobati berbagai penyakit.  Jamu adalah obat yang terbuat dari bahan-bahan alami. Karena itu, berbeda dengan obat kimia sintetis jamu relatif tidak memiliki efek samping berbahaya.  

Siapa yang bisa menolak minuman/makanan enak sekaligus menyehatkan badan? Kita bisa rutin setiap hari minum jamu, minum sebanyak yang kita suka tanpa khawatir over dosis dan memikirkan dampak negatif terhadap tubuh. Tentunya selama dalam batas wajar, karena kalau berlebihan apa pun pasti tidak baik. Misalkan sampai minum Jamu Beras Kencur 5 liter sehari bisa saja timbul hal yang tidak diinginkan.
Jamu Enak Dan Menyehatkan, Peraih Medali Emas Olimpiade Pun Minum Jamu


3. Jamu itu modern

Kalau ada orang beranggapan jamu kuno, bisa dipastikan orang itulah yang ketinggalan zaman. Jamu sekarang tidak hanya bisa kita temui di pasar tradisional. Jamu sekarang diolah dengan cara modern, sangat higienis, memiliki standar mutu ketat, dikemas dengan rapi dalam bentuk cair, tablet, bubuk sampai permen, dan bisa kita temui di pusat perbelanjaan modern.

Dibandingkan obat kimia sintetik, ditinjau dari beberapa sisi jamu terbukti lebih baik karena terbuat dari bahan alami. Beberapa perusahaan farmasi bahkan mulai mengembangkan jamu sebagai cabang bisnis baru. Dari situlah muncul istilah obat herbal yang terstandar, yaitu jenis jamu yang sudah melewati uji klinis dan terbukti memiliki khasiat khusus. Jadi sangat keliru kalau masih ada yang beranggapan jamu kuno, karena jamu adalah salah satu produk peradaban adi luhung bangsa Indonesia yang berkembang mengikuti modernisasi.

Jamu Dan Obat Herbal Tersandar


4. Jamu itu multi fungsi

Ini juga membuat saya malu, karena ternyata tidak semua jamu berbau kurang enak. Ada juga jamu yang wangi, sebagian jamu bahkan juga bermanfaat untuk menghilangkan bau badan. 

Eits,... tidak cukup sampai di situ. Fungsi jamu pun beragam dalam kehidupan. Ada jamu yang berfungsi sebagai pewangi mulut alami, suplemen penambah nafsu makan, untuk kosmetik atau kecantikan, multi vitamin yang membuat badan lebih bugar, dan sebagainya. Saya terkenang wedang jahe bubuk yang jadi bekal kawan saya mendaki Gunung Gede, ternyata itu menjadi minuman paling nikmat dan menjadi rebutan di puncak gunung. Itu karena jahe mengandung minyak atsiri tinggi yang bisa menghangatkan tubuh. Melihat berbagai manfaat dan fungsinya, dipikirkan bagaimana pun, kesimpulannya wajib sekali untuk melestarikan jamu.


5. Jamu itu aset bangsa

Industri obat-obatan herbal dunia diperkirakan bernilai 62 Milyar dollar Amerika. Jamu adalah salah satu kekayaan obat herbal buah kearifan lokal yang bernilai sangat tinggi dan tidak dimiliki bangsa lain, sehingga merupakan aset yang harus dijaga.

Kelestarian dan pengembangan jamu sangat penting agar di masa depan Indonesia mampu berkiprah di pasar obat herbal dunia. Melestarikan jamu juga berarti melestarikan sumber obat masa depan untuk berbagai penyakit yang belum ditemukan obatnya. 

6. Jamu itu pengetahuan

Mempelajari jamu itu bukan aktivitas remeh loh. Ada ilmuwan yang meraih gelar doktor hanya dengan mempelajari ramuan jamu. Penelitian ramuan jamu saat ini tengah dikembangkan di berbagai laboratorium dan lembaga ilmu pengetahuan. 

Belum lagi jika kita mempelajari aspek sejarah, pemasaran, teknologi pengolahan, industri, ragam jenis jamu, serta aspek lainnya, ada banyak sekali hal-hal berkaitan dengan jamu yang membutuhkan penelitian lebih mendalam. Karena itulah, melestarikan jamu sesungguhnya juga mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi bangsa.


7. Jamu itu menyejahterakan

Pernahkah terpikirkan berapa banyak penjual jamu gendong di negara kita? Berapa banyak rakyat yang hidup dari jamu? Jika kita amati perkembangan industri jamu akhir-akhir ini, berapa banyak pemilik perusahaan dan pekerja yang hidup dari industri jamu? Belum terhitung distributor, apotik, biro iklan jamu, hingga penjual eceran.

Bahkan saat ini jamu telah menjadi komoditas ekspor dan telah merambah berbagai belahan dunia, sehingga jamu turut menghasilkan devisa bagi negara. Ternyata jamu telah menjadi sumber penghidupan begitu banyak orang, maka  sudah sewajarnya jika kita melestarikan jamu karena telah menjadi sarana meningkatnya kesejahteraan bangsa.

Produk Jamu Berdampingan Dengan Obat farmasi Di Salah Satu Mini Market


8. Jamu itu melestarikan

Kalimat itu bukan sengaja dibalik dari frase “melestarikan jamu”. Karena jamu dibuat dari berbagai bahan alami, maka ada banyak jenis tanaman dan material yang menjadi bahan baku ramuan jamu yang harus dilestarikan. Jadi dengan melestarikan jamu kita turut berperan melestarikan keanekaragaman hayati Indonesia.

Sayangnya berbagai tanaman, hewan, beserta khasiatnya sebagai bahan jamu belum seluruhnya terdata dengan baik. Pendataan ini sangat penting untuk pengembangan dan pemanfaatan jamu secara optimal. Siapa sangka kalau tanaman yang kita temui sehari-hari ternyata memiliki manfaat yang sangat besar. Misalkan Singkong yang memiliki manfaat mengobati rematik, demam, sakit kepala, diare, cacingan, luka bernanah, luka karena panas, memulihkan gangguan pandangan, dan meningkatkan nafsu makan.

Mau tidak mau ketika ingin melestarikan suatu jenis jamu, ada konsekuensi untuk mendata dan menjaga kelestarian bahan bakunya. Karena itulah, kehadiran lembaga semacam Biofarmaka IPB yang berfokus pada kegiatan pelestarian jamu dan tanaman obat memiliki makna yang sangat penting.


9. Jamu itu salah satu peninggalan nenek saya

Ini alasan yang sangat pribadi. Karena satu hal yang saya sesalkan tidak sempat mengetahui ramuan jamu yang diberikan nenek saya sewaktu saya sakit demam. Dari rasa yang saya ingat hanya ada Jahe dan Jeruk Nipis, lainnya saya tidak tahu. Karena alasan itulah, bagi saya melestarikan jamu bagian dari cinta dan usaha menjaga warisan leluhur. Mungkin cinta itulah sebenarnya alasan terpenting kita melestarikan jamu.
Alasan Melestarikan Jamu


Sembilan alasan di atas hanya sebagian kecil kenapa melestarikan jamu itu sangat penting. Pembaca bisa menambahkan alasan ke-10, 11, 12 dan seterusnya untuk setiap alasan pribadi anda melestarikan jamu. Karena saya yakin ada sebagian pembaca yang pernah memiliki pengalaman berkesan dengan jamu.

Semoga dengan banyaknya alasan kita melestarikan jamu, maka jamu yang kita cintai ini semakin dikenal dunia dan lestari hingga anak cucu. Sebab sesungguhnya kelestarian jamu sebagai kekayaan Indonesia tergantung pada peran serta setiap orang. Jadi ayo kita sama-sama melestarikan jamu, minimal dengan mengkonsumsinya, mempelajarinya atau menyebarkan informasi yang benar tentang jamu melalui media sosial. 

Bogor, 1 September 2014
Ditulis untuk lomba penulisan Artikel Jamu 2014 yang diselenggarakan Biofarmaka IPB.
Ilustrasi dan foto merupakan karya asli penulis, tanpa melanggar hak cipta pihak manapun.

Bahan Rujukan Tulisan

Kamis, 06 Februari 2014

Hantu dan Tawa

Lagi ketak-ketik di komputer telinga gue ngedenger suara aneh.
Suara tawa melengking!
Malem-malem gitu lho.

Selidik punya selidik ternyata tawa dari televisi yang sedang menayangkan film hantu (Haha)
Melihat film hantu Indonesia jadi bertanya-tanya, kenapa ya film horor lokal selalu ada scene tertawa melengking hantu? 
(Loe bayangin sendiri gimana tawa hantu a la film lokal)
Suer,...tawa ini sudah jadi ciri khas, seperti joget dan nyanyi di film India atau ciuman di film Hollywood.

Padahal,... kalo loe cek definisi tawa menurut wikipedia indonesia: Tawa adalah expresi suara (ditulis ha ha ha atau lol dan sebagainya), atau merupakan pencerminan keriangan atau kebahagiaan, atau dalam perasaan dari keceriaan dan tekanan (tawa dalam perasaan)

Atau dari wikipedia versi Inggrisnya: A laugh is a way of showing happiness. It is a noise that a person makes when he hears something funny, like a joke, or a tickle. Sometimes people laugh when they are not happy. When people are ashamed or embarrassed, sometimes they react by laughing.

Nah,... loe temuin nggak sih definisi tawa tu buat nakut-nakutin orang?
Anehnya lagi, tawa hantu cuma ditemukan dalam film-film horor lokal. 
Jarang, bahkan gue gak nemuin film horor luar yang mengandalkan tawa buat menakut-nakuti orang.

Asli gue bingung level dewa.
Mungkin hantu-hantu di Indonesia termasuk hantu paling bahagia sedunia.
Entah kenapa, sebab dari penampakan fisik yang terlihat hantu Indonesia termasuk hantu-hantu yang berada di bawah garis kemiskinan.

Coba aja liat Kuntilanak (atau Kandole di Sulawesi), Poppo, Leak, Gendruwo, Pocong, Wewe Gombel, dan lainnya. Semua pakaiannya sudah tidak layak pakai, Gendruwo malah cuma pakai kolor. Biarpun Kuntilanak lebih sopan dari anak ABG sekarang, tapi doi ga pernah ganti baju.

Bandingkan dengan hantu import semisal Drakula, Werewolf, Vampire China, Yuki-Ona dari Jepang, dan lain-lain. Kebanyakan mereka pakaiannya necis, Drakula malah sangat modis. Tapi hantu-hantu ini pada tahu tugas mereka nakutin orang, jadi ga banyak mengumbar tawa seperti hantu lokal.

Kalau di jejaring sosial manusia banyak sekali berbagai tipe tawa (sudah banyak dibahas blogger laen), seperti wkwkwk, xixixixixi, kwakwakwak (kayak Burung Gagak), gue ga bisa bayangin gimana hantu-hantu lokal berinteraksi via BBM dengan hantu luar.

Yang bikin gue lebih bingung dan heran.
Kenapa dengan kondisi di bawah garis kemiskinan hantu-hantu kita doyan tertawa buat nakutin manusia?

Bukankah seharusnya mereka seperti kebanyakan manusia?
Ngemis-ngemis buat nyari kekayaan.
Atau berpakaian necis, tidur di ruang rapat, dan,.... korupsi buat menumpuk uang.
Jangan-jangan hantu-hantu itu justru tidak tahan untuk menertawakan tingkah masyarakat kita?

Ah,... ini misteri aneh yang belum terpecahkan.
Sekali-kali sepertinya perlu wawancara dengan hantu untuk memecahkan persoalan ini.


Kamis, 09 Januari 2014

Proses Dan Usaha Terbaik Selalu Menghasilkan Yang Terbaik

"Usaha terbaik tidak selalu memperoleh hasil baik" demikian kalimat yang sering diucapkan atau dituliskan orang.  Ah,... jika ada yang sependapat dengan itu, saya mohon maaf tidak bisa menyetujuinya. Bagi saya: "Usaha terbaik pasti dan selalu akan menghasilkan hal terbaik".

Kegagalan memang seperti sebuah sisi lain mata uang bernama kehidupan. Karena pengalaman mengalami berbagai kegagalan itulah sebagian orang kemudian memeras pengalaman gagalnya dalam sebuah kalimat untuk menghibur diri.

Sebagian orang punya keinginan besar memperoleh sesuatu, kemudian bekerja keras (atau setidaknya merasa sudah bekerja sangat keras), berdoa mati-matian (atau setidaknya merasa setengah mati berdoa), lalu ketika detik penentuan tiba,... eng-ing-eng harapan yang dipupuknya buyar. Ia gagal, Ia pun frustasi, di balik ketidakberdayaannya itu terjadi reaksi psikologis menolak kegagalan hingga ditemukanlah kalimat : "Usaha terbaik tidak selalu menghasilkan yang terbaik".

Padahal,... Usaha terbaik selalu menghasilkan hal terbaik.
Karena bisa saja kegagalan seseorang mencapai sesuatu disebabkan faktor internal dirinya.
Bisa jadi usahanya kurang keras.
Bisa jadi doanya kurang ikhlas.
Bisa jadi keyakinannya kurang tegas.
Bisa jadi hal yang paling diinginkannya bukan sesuatu yang baik.
Bisa jadi momentum untuk meraih harapan itu belum tepat.
Bisa jadi kegagalannya itu membakar tekad seseorang untuk belajar dan berusaha lebih baik lagi hingga mendapatkan hal lain yang jauh lebih baik.
Atau sebagai orang beriman, bisa jadi kegagalan itu menjadi tabungan, dan hal terbaiknya dibayar lunas di kehidupan setelah kematian.

Hanya karena kita merasa telah berusaha maksimal dan tidak memperoleh sesuatu yang diharapkan bukan berarti itu tidak baik.

Kegagalan memperoleh sesuatu yang diusahakan secara maksimal melalui proses terbaik bisa saja hal terbaik yang pernah terjadi dalam kehidupan kita.


Bogor, 9 Januari 2014
(Sebuah Renungan)

Rabu, 18 Desember 2013

7 Blog Aktif

Saya mengelola 7 blog pribadi,.... dan kalau hitung-hitungannya setiap bulan rata-rata posting satu tulisan dianggap sebagai blog aktif, maka ke-7 blog saya boleh lah dikategorikan aktif.

Tujuannya macam-macam, blog pertama yang paling banyak pengunjung blog usaha pribadi.  4 blog lainnya, untuk mengasah dan menguji kemampuan diri dengan lomba-lomba blog. Dua blog lain, termasuk blog ini salah satunya, sekedar untuk menyalurkan hobi mengisi waktu dengan menulis. Bahkan kadang-kadang dua blog itu juga buat adu argumen. Walau pun niat saya sih cuma berbagi pemikiran, boleh dong orang setuju dan kontra, tapi ada juga yang tiba-tiba saja komen buat berdebat. Padahal daripada komen tidak jelas di "rumah orang" kan mending nulis sendiri, analisa yang baik, siapa tahu banyak yang baca. Tapi,... tulisannya melompong. Kalau sudah begitu kita bisa apa?.

Rempong? Repot mengelola 7 blog? Kalau ukurannya malas ngisi, sama sekali tidak! Pengennya sih, setiap blog itu saya isi dengan berbagai tulisan pribadi tidak penting,... haha. Tapi saya cukup tahu diri untuk tidak menambah sampah di dunia maya.

Yah,.. kalau tulisannya ringan cukup layak dibaca orang baru saya terbitkan. Kalau isinya cuma curhat dan maki-makian tentu saja tidak ditayangkan.

Tapi,... maksud tulisan ini apa ya? Hehe,... ini curhat saja, barangkali ada yang mau ikutan nulis gitu.